Selasa, 24 Juli 2007

HAK CIPTA SOFTWARE, OPEN SOURCE, DAN SOFTWARE FREEWARE

Dengan diberlakukannya UU Hak Cipta di Indonesia, khususnya yang berkaitan dengan software, jelas akan memberikan konsekwensi signifikan terhadap beragam bentuk program mencerdaskan bangsa yang memanfaatkan fasilitas komputer.Tetapi kita tidak bisa mengelak, karena menyangkut penghargaan terhadap produk kreativitas. Pelanggaran yang sudah lama mewabah hanya akan menjadi bumerang terhadap karya cipta saudara kita sendiri.

Dengan diberlakukannya UU Hak Cipta di Indonesia, khususnya yang berkaitan dengan software, jelas akan memberikan konsekwensi signifikan terhadap beragam bentuk program mencerdaskan bangsa yang memanfaatkan fasilitas komputer.Tetapi kita tidak bisa mengelak, karena menyangkut penghargaan terhadap produk kreativitas. Pelanggaran yang sudah lama mewabah hanya akan menjadi bumerang terhadap karya cipta saudara kita sendiri.

Meskipun demikian, mau tidak mau, semua pihak yang terkait, termasuk pemerintah perlu mencari berbagai solusi untuk mengantisipasinya. Kalau tidak, sama sama saja dengan melarang kaum fakir miskin untuk mencuri makanan di restoran, tetapi tidak memberikan jalan, bagaimana mengatasi perut yang lapar.

Selama kita tidak terpaku oleh pola berpikir normatif, banyak alternatif antisipasi untuk itu tanpa harus melakukan tindakan ilegal.
Asal tidak dicap asal ngomong, saya pun akan menyampaikan beberapa solusinya yang perlu dipertimbangkan, yang kemudian disosialisasikan.
1) Jangankan ada anggapan, Windows dari Microsoft, yang realitasnya dipakai oleh kebanyakan pengguna PC, merupakan pembuka aplikasi nomor satu untuk semua hal. Bila tidak sanggup membeli yang original, kenapa tidak beralih ke lain serta tidak perlu membayar lisensi. Linux, yang semakin apresiatif secara global, bisa dijadikan contoh. Banyak kelebihannya meskipun pamornya masih kalah.
2) Tekankan penggunaan software sebagai motor kreativitas dan penghemat waktu ketimbang gaya hidup. Rasanya mubazir Microsoft Word hanya dipakai untuk menulis artikel tanpa disertai kegiatan pengolahan data. Kenyataannya banyak pengguna dos menghasilkan karya tulis jauh lebih : berbobot, rapih, dan bernilai ketimbang pengguna Windows. Pergilah ke beberapa kantor redaksi media massa. Akan terbukti di sana. Hampir semua karya tulis saya pun dibuat dengan program for Dos versi lama, termasuk ini.
3) Carilah software freeware. Tidak perlu malu menggunakannya hanya karena bersifat demo, temporer, evaluation, advertising, atau trial selama memberikan kredit point intelektual dan keterampilan. Toh bisa dioperasikan tanpa diketahui siapa pun. Malah banyak di antaranya mempunyai keunggulan tertentu serta tidak bisa didapatkan dari software komersil.
4) Optimalkan fasilitas search internet. Kualitas data tidak selalu tergantung pada software, juga kemampuan mencari kata kunci. Misalkan, dengan menulis "software or or freeware" di situs raksasa akan muncul ribuan sinopsisnya. Sungguh sayang kalau tidak dimanfaatkan. Rasanya aneh kalau sampai tidak menemukan software gratis satu pun.
5) Manfaatkan lembaga software foundation freeware dengan mengirim email atau mengakses situsnya. Jumlahnya sangat banyak dengan kebijaksanaan beragam. Pilih yang tercocok dengan kebutuhan. Untuk search bisa memasukkan kalimat seperti "software or foundation or freeware" (tanpa tanda kutip).
6) Yakinlah, banyak programer tanpa pamrih. Mereka membuat software untuk kepentingan manusia. Antara lain dengan memberikan agreement licensi "bebas untuk didistibusikan kepada siapa pun". Saya juga memakai salah satu softwarenya untuk fasilitas email yang salah satu operasinya lebih menghemat waktu serta tidak bisa dilakukan dengan Outlook Express.
7) Carilah software dengan "open source". Pada Linux akan banyak diperoleh serta bisa dimodifikasi secara gratis. Ibaratnya tidak hanya menikmati ikan goreng, tetapi mengetahui proses lauk itu sampai ada di meja makan. Secara tersirat ini mengajak kita sekaligus sebagai "produsen" di samping "konsumen". Malah merangsang kita membuat software sejenis dengan kualitas lebih bagus ketimbang sumber referensinya.
8) Ubahlah paradigma "internet identik dengan software buatan lembaga tertentu". Itu salah. Saya tegaskan di sini karena memang masih banyak user berpandangan demikian : langsung atau terselubung, terutama dari mereka dengan pengetahuan minim. Ini sama dengan sikap picik alias mempersempit ruang lingkup pilihan mereka.
9) Perkuat interaksi informasi seputar software freeware antar pengguna internet. Adanya fasilitas milis katagori internet oleh user Indonesia bisa dimanfaatkan untuk bertukar data. Para webmaster tanah air pun diharapkan bersedia menyisipkan beberapa link URL tentang itu beserta keterangan fungsi dan kapasitas byte. Justru ini bisa meningkatkan rating pengunjung situsnya masing-masing.
10) Ajarkan komputer dengan bahasa sederhana serta mudah dimengerti kalau memang ada mata pelajarannya. Bukannya jelimet serta penuh dengan simbol berantakan. Untuk jangka panjang berarti menggiring anak didik memiliki pola berpikir tuntas, detail, dan integrasi tentang materi tersebut. Terbukti dalam sejarah kapan pun, kondisi intelektual enjoy seperti itu menghasilkan karya luar biasa, termasuk bidang software.
11) Pertimbangkan kemungkinan pembuatan software gratis made in Indonesia tetapi tetap mempunyai nilai pendapatan bagi penciptanya. Misalkan dengan merekayasa program sedemikian sehingga setiap beberapa puluh menit muncul pesan sponsor di layar monitor serta diprotek alias tidak bisa dihilangkan oleh pengguna komputer. Mirip dengan sinetron televisi. Pirsawan tidak dipungut tarif tontonan, karena secara tidak langsung sudah dibayar oleh iklan.
12) Jadikan memberi hadiah software freeware sebagai tradisi, dengan disket atau melalui email, selama si pemilik copyrightnya memberi lampu hijau. Banyak linknya bisa dicari lewat fasilitas search serta langsung didownload. Meskipun berlakunya, katakanlah tujuh hari, tetapi kalau momentumnya tepat dengan problema si penerima, mengapa tidak? Misalkan ia sedang dikejar waktu dalam mengolah data untuk sidang sikripsi.
13) Berdayakan YLKI untuk melindungi konsumen dalam segala bentuk manipulasi teknis, konflik interest, atau rayuan tersebut, agar keputusan mereka membeli software benar-benar dilandasi oleh kesadaran akan prioritas, efisiensi, dan kegunaannya. Masa sih hanya untuk membuat denah rumah tinggal enam ruangan harus membeli AutoCAD versi baru?

Demikianlah beberapa point solusi dari saya. Kiranya nasihat para nenek moyang kita perlu dijadikan renungan. Mereka mengisyaratkan, pengetahuan akan menjadi kekuasaan bila hanya diketahui oleh segelintir ummat manusia.
Coba bayangkan bila para cendekiawan Indonesia mempunyai kemampuan programing level dunia untuk pembuka aplikasi. Saya yakin, Microsoft akan berpikir dua kali untuk menetapkan tarif lisensi seperti sekarang.
Selengkapnya...